Liburan akhir pekan adalah saat yang paling ditunggu-tunggu, hal ini karena libur di akhir pekan adalah momen yang tepat untuk dapat berkumpul bersama keluarga dan bermain dengan buah hati anda. Rasanya tidak lengkap apabila akhir pekan anda hanya diisi untuk bermalas-malasan dan berdiam diri di dalam rumah.
Museum Pos Bandung merupakan salah satu tempat wisata di Bandung yang dapat menjadi alternatif pilihan bagi anda untuk menghabiskan akhir pekan bersama buah hati.
Di tempat ini anda bisa mengajak buah hati untuk menyaksikan koleksi pos Indonesia dari masa ke masa yang dapat menjadi wisata edukatif yang dapat menambah pengetahuan bagi anak anda.
Sejarah Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia Bandung adalah bagian dari Gedung Kantor Pusat POS Indonesia yang membentuk sudut sebesar 45 derajat terhadap Gedung Sate, kemudian pertemuan garis sumbu kedua sayapnya simetris membentuk sudut 90 derajat.
Gedung Kantor Pusat Pos Indonesia di Bandung didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 27 Juli 1920 dengan luas bangunan sekitar 706 meter persegi. Sedangkan Museum Pos, Telegraph dan Telepon (PTT) baru didirikan dan dibuka pada tahun 1931, terletak di sayap kanan gedung pos pusat.
Bentuk bangunan nya yang kental dengan nuansa eropa nan unik ini didesain oleh J. Berger dan Leutdsgeboulwdienst. Nuansa Eropa yang kental inilah yang mungkin membuat kesan Museum Pos Indonesia angker.
Daya Tarik dan Koleksi Museum Pos Gedung Sate
Dari depan terlihat Museum Pos Indonesia Bandung, dengan anak tangga menuju ke teras museum. Di samping anak tangga ini terletak bis surat kuno dengan tulisan berbahasa Belanda. Untuk memasuki Museum Pos Indonesia, setelah meniti anak tangga anda kemudian menyusuri lorong menuju ke arah sebelah kiri.
Pada lorong teras Museum Pos ini terletak Patung dada Mas Soeharto, beliau merupakan Kepala Jawatan PTT (Pos Telegrap dan Telepon) Indonesia yang pertama. Patung tersebut dibuat pada tahun 1983 oleh Abdul DjalilPirous.
Mas Soeharto ini tidak diangkat oleh pemerintah, melainkan oleh Soetoko yang mewakili Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon yang secara heroik dapat merebut Gedung Kantor Pusat PTT Bandung dari tangan pemerintah jepang pada tanggal 27 September 1945.
Peristiwa bersejarah pada tanggal 27 September 1945 itu kemudian diperingati setiap tahun nya sebagai Hari Bhakti Postel.
Kisah yang menunjukkan semangat perjuangan dalam menegakkan kedaulatan RI oleh Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon itu dapat anda baca di situs Dirjen Postel.
Baca Juga: Tempat Wisata di Grobogan
Diorama ukuran utuh di Museum ini memperlihatkan petugas Pos berkeliling Desa, yang lengkap dengan seragam, motor, helm dan kotak surat nya, sedang berada di kantor Desa Sukawenang, Ciwidey, Bandung Selatan.
Terdapat pula koleksi gerobak pos dengan roda kayu besar, juga bis-bis surat dari jaman kolonial hingga jaman Republik Indonesia.
Koleksi lain yang cukup menarik adalah The Penny Black, yaitu merupakan perangko pertama di dunia yang dahulu diterbitkan oleh Pemerintah Inggris pada tanggal 16 Mei 1840 dengan lukisan Ratu Victoria.
Kemudian terdapat pula foto Sir Rowland Hill, beliau adalah penggagas pemakaian prangko sebagai pengganti biaya tunai pengiriman surat yang dibayar oleh pengirim surat. Juga terdapat koleksi perangko pertama yang ada di Hindia Belanda yang diterbitkan pada tanggal 1 April 1864 dengan gambar Raja Willem III.
Setelah kemerdekaan Indonesia, keberadaan Museum Pos ini sempat tidak terurus selama kurang lebih 35 tahun, dan baru pada tahun 1980 dibentuk panitia oleh Direksi Perum Pos dan Giro untuk menghidupkan kembali museum ini. Pada tanggal 27 September 1983, bersamaan dengan peringatan hari Bhakti Postel, museum secara resmi dibuka kembali untuk umum dan diberi nama Museum Pos dan Giro.
Peresmian Museum Pos dan giro ini dilakukan oleh Achmad Tahir. Beliau merupakan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) pada waktu itu. Hingga kemudian pada tanggal 20 Juni 1995 nama museum dirubah menjadi Museum Pos Indonesia.
Kemudian terdapat lemari tarik di sebelah kiri tempat penyimpanan koleksi prangko yang berjumlah puluhan ribu di Museum Pos Indonesia. Banyak koleksi perangko dari seluruh Indonesia juga berbagai negara lain yang sangat bersejarah, berjumlah hingga 131.000.000 keping perangko.
Kemudian ada juga 200 koleksi peralatan pos kuno. Dikelola di bawah naungan PT. Pos Indonesia Persero, sebagian koleksi perangko dipamerkan dalam papan papan kayu yang dilindungi kaca.
Lalu di ujung ruangan Museum Pos Indonesia Bandung tertempel cukup banyak poster yang berisi mengenai riwayat menarik tentang Surat Emas dari raja-raja juga naskah Nusantara yang dikoleksi oleh pemerintah Inggris.
Lihat Artikel Menarik Lainnya: Wisata di Kendal
Umur dari surat surat emas yang sebelumnya disimpan di salah satu museum di Inggris ini diperkirakan telah berumur ratusan tahun. Inggris menyimpan surat-surat berharga dari raja-raja nusantara karena memang hampir semua surat emas yang dipamerkan ini ditulis para raja untuk Gubernur Jenderal Inggris Thomas Stamford Bingley Raffles.
Diantara koleksi tersebut adalah surat emas dari Kesultanan Riau, Kesultanan Pontianak, juga poster yang menggambarkan riwayat seni sungging di dalam naskah-naskah Jawa kuno. Museum Pos ini juga menyimpan berbagai koleksi sepeda pos yang terlihat antik dan unik.
Sepeda pos tersebut digunakan pada sekitar tahun 1950-an untuk mengantarkan paket, karena terdapat kotak segi empat di atas roda depan sepeda tersebut. Sepeda merk Falter yang dibuat pabrikan Jerman Barat pada tahun 1947 tersebut kabarnya di Indonesia jumlahnya hanya kurang dari 100 buah.
Kemudian ada Tugu Peringatan Pahlawan PTT tahun 1945 sampai tahun 1949 yang terletak di halaman museum. Peletakan tugu tersebut dibuat persis di tempat dimana dahulu bendera merah putih dikibarkan pada saat Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon berhasil merebut Gedung Kantor Pusat PTT tersebut pada tanggal 27 September 1945.
Cari Tahu: Pantai Mertasari di Bali
Di bagian bawah tugu Peringatan Pahlawan PTT itu tertulis puisi Chairil Anwar. Kemudian di atasnya, terdapat nama-nama para pahlawan Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telepon, diantaranya Imang, Goenawan, Mohammad Rapik, Maskat, Paimin, Sangadan, Satmoko, Soepa’at, Soemardjono, Soeprapto, Soepojo, juga Soetojo, dan lainnya yang diukir pada batu.
Harga Tiket Masuk Museum Pos Indonesia
Untuk dapat menikmati wisata sejarah pos Indonesia ini, anda tidak dikenai biaya apapun alias gratis.
Lokasi Museum Kantor Pos Bandung
Museum kantor pos Bandung ini beralamat di Jalan Cilaki No. 73 Bandung. Anda dapat menemukan lokasi ini di GPS dengan titik koordinat -6.90176, 107.61964. Jam buka museum ini adalah pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 hari Senin hingga Minggu, Libur nasional museum tutup.
Nah itulah sekilas ulasan mengenai Museum Pos Indonesia. Bagi para peneliti filateli dan bagi para filatelis sendiri, Museum Pos Bandung menjadi tempat tidak boleh terlewatkan untuk dikunjungi ketika sedang berkunjung ke kota Bandung, karena Museum ini mempunyai ribuan koleksi perangko dari seluruh penjuru dunia.
Meskipun demikian, koleksi yang dipamerkan di museum ini tidak hanya perangko saja. Benda benda pos lainnya seperti sepeda tukang pos, dan timbangan surat juga turut dipamerkan di tempat ini.
Perkembangan baju dinas pos Indonesia juga peralatan pos dari zaman kolonial hingga saat ini juga dapat Anda saksikan di museum yang terletak tepat di samping Gedung Sate ini.